Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengaku heran dengan pemerintah karena kasus positif virus corona atau Covid 19 masih naik, tapi sudah memberlakukan kebijakan normal baru atau new normal. Ekonom dan Direktur Program Indef Jakarta Esther Sri Astuti mengatakan, beberapa negara melakukan new normal ketika kasus positif Covid 19 turun, bukan saat telah mencapai 36.427 orang per hari ini atau naik 1.111 orang. "Kasus harian Covid 19 masih menanjak, makanya saya heran kalau pemerintah sudah memberlakukan new normal. Di beberapa negara yang sudah memberlakukan new normal itu biasanya kasus hariannya sudah menurun, mereka melakukan pelonggaran," ujarnya saat teleconference, Jumat (12/6/2020).

Namun, kenyataannya di Indonesia dengan kasus harian terus menanjak, pemerintah sudah memberlakukan kebijakan pelonggaran. Padahal, kata Esther, yang namanya virus Covid 19 ini dampaknya sangat dahsyat, bukan hanya seperti kasus krisis finansial tahun 1998. Menurutnya ini jauh lebih dahsyat karena dampak Covid 19 tidak hanya dari sisi kesehatan, tapi juga perekonomian sekaligus.

"Karena disini ada global value chain yang rusak dari pasokan maupun dari permintaan itu terganggu. Dari supplier perusahaan tidak bisa memproduksi dengan baik karena terganggu bahan bakunya, pasokannya itu berkurang dan dari sisi permintaan masyarakat itu tidak bisa membeli produk karena memang daya belinya menurun," ujar dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *